Topeng Monyet Di Larang, pawangpun jadi tukang service payung!
Berjalan kaki, Tardi, 40 tahun, menyusuri pemukiman warga di daerah Cipinang, Jatinegara, Jakarta Timur, untuk mencari pelanggan yang ingin memperbaiki payung. Pria bertubuh kurus ini sebelumnya menjadi pengamen topeng monyet.
Karena sang pemilik monyet takut terjaring razia topeng moyet yang
sedang gencar dilakukan Pemerintah DKI sejak pekan ini, Tardi terpaksa
mencoba menjadi tukang servis payung. "Bos enggak bolehin monyet keluar,
tapi kan saya butuh makan. Jadi nyoba nyervis payung," kata Tardi saat
ditemui di daerah Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur,
Jumat, 25 Oktober 2013.
Tardi mulai berkeliling menjadi tukang servis payung sejak Rabu, 22
Oktober 2013. Namun, hanya keringat dan rasa lelah yang ia dapatkan.
"Dua hari begini tapi enggak dapet duit, karena enggak ada yang
nyervis," ujarnya.
Dibandingan dengan menjadi pengamen topeng moyet sebelumnya, dalam
sehari Tardi memperoleh penghasilan sekitar Rp 20-25 ribu. "Beda, kalau
topeng monyet pasti dapet duit, ya minimal buat makan mah ada. Nah ini,
seribu perak juga enggak," ujar pria yang mengaku menjadi topeng monyet
sejak kecil.
Tardi berharap pemerintah DKI dapat memberikan pekerjaan baginya
yang tidak sampai lulus Sekolah Dasar. "Saya minta sama bapak Jokowi
kalau memang topeng monyet dilarang, kami minta dikasih kerjaan dulu.
Kalau begini mau makan saja susah, duit enggak ada," kata Tardi.
Tardi merupakan salah satu pengamen topeng monyet yang setiap
harinya menyewa topeng monyet dari pemilik topeng monyet bernama
Sarinah, 37 tahun, yang tinggak di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Pada
Selasa malam, 21 Oktober 2013, Sarinah yang memiliki enam ekor monyet
memilih tidak mengeluarkan monyetnya karena takut terjaring razia.
Di dalam kandang yang terbuat dari kayu berukuran 130 sentimeter
persegi, keenam monyet milik Sarinah itu di simpan. Kandang itu
diletakan di tepi Kali Saluran Penghubung Kanal Banjir Timur.
Sarinah mengaku membeli enam ekor ini dengan harga Rp 2-3 juta per
ekor. "Saya beli monyetnya udah pinter enggak pake dilatih lagi, hanya
dirawat saja dikasih makan kasih vitamin," ujarnya.
Enam monyet itu diberi nama Rojali, Jambul1, Jambul2, Eti, Ucil,
Iwan. Setiap harinya monyet-monyet itu berkeliling dengan anak buah
Sarinah untuk mengamen atau melakukan pertunjukan. "Saya enggak tahu
jenisnya apa itu monyet-monyet, pokoknya dia udah pinter dan bisa cari
duit," kata Sarinah. "Tapi sekarang enggak bisa cari duit karena
dilarang sama pemerintah, jadi saya bingung dengan nasib saya dan anak
buah saya."
0 comments:
Post a Comment